Masa Depan Tuhan



Oleh: Kamaruddin Hidayat

Judul di atas adalah judul buku karangan Karen Armstrong, Masa Depan Tuhan (2011) dalam edisi bahasa Indonesia. Aslinya The Case for God: What Religion Really Means. Armstrong adalah penulis keagamaan yang serius, tradisi risetnya kuat, sehingga pantas jika lebih dari 15 bukunya masuk ranking terlaris di dunia. Tuhan dalam kajian Armstrong adalah Tuhan yang menyejarah, yang hidup di tengah dan bersama pemeluknya,Tuhan yang kemudian melahirkan komunitas orang beriman dan sekian banyak tradisi dan institusi agama. 
Jadi, Tuhan sebagai Yang Mahatinggi dan Absolut tentu tidak dibatasi waktu, tak mengenal kemarin, sekarang, dan masa depan. Bahkan juga tidak terpahami oleh akal pikiran. Kita terlalu banyak berbicara tentang Tuhan akhir-akhir ini dan apa yang kita katakan sering dangkal, kata Armstrong (hlm 9). 
Di samping menyajikan dinamika jejak-jejak Tuhan dan pengaruhnya dalam sejarah manusia, buku ini secara tidak langsung menjawab paham ateisme modern yang berciri sangat rasional dan ilmiah (scientific atheism) yang telah memukau masyarakat modern dan anak-anak muda di Barat. 
Selama abad ke-16 dan ke-17, di Barat lahir peradaban baru yang diatur dengan rasionalitas ilmiah dan ekonomi yang berbasis pada teknologi serta penanaman modal. Sejak itu satusatunya ukuran kebenaran adalah metode ilmiah. Logos mengalahkan mitos. Padahal di dalam mitos keagamaan terkandung kebenaran dan kebajikan yang tidak dapat dijangkau oleh logos.
Tafsiran yang serbarasional atas agama menimbulkan dua fenomena baru yang sangat khas: fundamentalisme dan ateisme (hlm 19). Selama ini tokoh yang mengembangkan paham ateisme selalu merujuk pada Feurbach, Karl Marx, Nietzsche, atau Freud yang muncul di abad ke- 19.Tetapi sekarang bermunculan paham ateisme baru yang dimotori terutama oleh Richard Dawkin, Christopher Hitchens, dan Sam Haris. 
Dalam karyakarya mereka akan ditemukan argumentasi ilmiah kontemporer untuk menyerang umat beragama yang masih mempercayai Tuhan dan campur tangan- Nya dalam sejarah. Terhadap serangan dimaksud, buku Armstrong ini turut berdiri sebagai pembelaan terhadap eksistensi agama-agama. 
Logika dan pendekatan ilmiah, terlebih yang mengandalkan paham empirisisme-positivisme, tidak akan pernah mampu memotret dan menganalisis misteri kehidupan,keberagamaan dan kebertuhanan. Berbagai karya Armstrong secara serius berhasil menyajikan betapa agama dan keyakinan pada Tuhan selalu hadir pada panggung sejarah dan turut memengaruhi manusia memaknai hidupnya. 
Agama, keyakinan dan pemahaman terhadap Tuhan, senantiasa berinteraksi dengan perkembangan sejarah sebuah masyarakat dengan segala aspeknya. Karena itu, katanya, memahami kitab suci hanya sebatas kata-kata literernya akan menyesatkan dan mengalami reduksi, tidak sampai pada pesan inti agama.
Di sisi lain,arogansi ilmiah dalam memahami agama telah mendorong munculnya respons balik berupa fundamentalisme agama. Perubahan mind-set pemahaman agama dan kehidupan di Eropa sangat dipengaruhi oleh ekspedisi Christopher Columbus pada 1492 yang berhasil menemukan benua baru Amerika, yang disponsori Raja Katolik Ferdinand dan Isabella.
Berita keberhasilan ini menyebar bagaikan wabah baru, bahwa di luar Eropa ternyata ada dunia lain yang sangat menarik untuk dieksplorasi. Jadi, ekspedisi, eksplorasi,perpindahan penduduk dan penyebaran informasi baru selalu melahirkan sintesa budaya baru, yang diawali dengan masalah dan tantangan baru. 
Hari ini, apa yang terjadi pada abad ke-15 di Eropa telah merata di seluruh dunia melalui jejaring internet dan dunia maya. Masyarakat terkondisikan untuk berani melampaui batasbatas dunia yang diketahui. Perjumpaan dan benturan berbagai tradisi dan informasi budaya serta agama ini telah membuat sebagian besar umat beragama gamang dan kaget (shocked). 
Bahwa klaim kebenaran, keilahian, dan surga ternyata juga dimiliki oleh kelompok umat agama lain. Sementara itu, ada juga kelompok yang secara gigih menentang adanya Tuhan dan ingin menghapus agama. Perasaan tidak nyaman dan terancam dalam beragama inilah akar munculnya gerakan fundamentalisme. 
Mengutip Armstrong, fundamentalisme adalah iman yang sangat reduktif. Dalam kecemasan dan ketakutan mereka, kaum fundamentalis sering mendistorsi tradisi yang mereka coba bela, misalnya dengan sangat selektif baca ayat-ayat kitab suci yang membenarkan kekerasan dan permusuhan terhadap umat yang berbeda keyakinan (hlm 470). 
Kaum fundamentalis yakin bahwa mereka berjuang atas nama Tuhan, tetapi sebenarnya religiositas jenis ini mewakili kemunduran dari Tuhan (hlm 471). Demikianlah, dunia terus berputar. Sejarah terus bergulir merekam sepak terjang pemikiran dan perilaku manusia. Agama pun sering kali jadi sasaran kritik dan caci maki.
Tetapi nyatanya agama tetap hidup dan berkembang.Tuhan selalu berada di hati manusia. Ini membenarkan pandangan yang mengatakan bahwa ”agama memiliki seribu nyawa”. Kalaupun mati satu, masih lebih banyak yang bertahan hidup. 
Orang boleh saja mengkritik perilaku umat beragama dan berbagai institusi keagamaan yang dibangunnya, tapi kesadaran, kebutuhan dan keyakinan agama masih tetap menggelora. Dengan agama seseorang mencari makna dan tujuan hidup yang lebih hakiki dan mulia. []

Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah 
Judul buku: “Masa Depan Tuhan: Sanggahan terhadap Fundamentalisme dan Ateisme”
Penulis: Karen Armstrong
 Penerbit: Mizan, Juni 2011 , 608 halaman, ISBN: 9789794335895

p1

Sejarah PMII Ponorogo

PMII Ponorogo lahir tahun 1965. Diketuai oleh Mujib Nahrowi yang berasal dari Malang. Beliau ialah mantan pengurus PB. IPNU. Pindah ke Ponorogo karena bekerja di Pembatik dan aktif di gerakan anshor NU Ponorgo. Sekarang pindah di Jakarta menjadi pengusaha.Sekretaris waktu itu adalah Bpk. Syaiful Mikhdar yang berasal dari Banyuwangi dan hingga sekarang menetap di Ponorogo. Sedang yang menjadi Bendahara adalah Bpk. Purnomo. Beliau waktu itu adalah mahasiswa STKIP.

Latar Belakang Berdirinya PMII Ponorogo :

1. Kurangnya kesibukan
2. Kurangnya wadah
3. Jenjang mengenai organisasi yang sudah selesai dan menuntut untuk berorganisasi ke yang lain.
4. Jiwa warga NU yang ingin bergerak dan berjuang
5. Persaingan antar golongan, partai,

Kondisi dan Perkembangan PMII Ponorogo

Tahun 65 adalah tahun ketika mulai muncul gerakan PKI, Gerakan partai GMNI dan Marhainisme yang sudah cukup tajam. Di Ponorogo kampus yang ada adalah Universitas merdeka dan STKIP dan pondok Gontor. Kegiatan-kegiatan di lokal Ponorogo belum menonjol karena mahasiswa waktu itu belum banyak. PMII waktu itu mempunyai pengurus kurang lebih hanya 9 orang, yang kesemuanya sudah bekerja dan jarang sekali yang berasal dari mahasiswa. Semuanya berasal dari luar kampus. Hanya beberapa dan segelintir orang yang berasal dari kampus, diantaranya ialah Bpk. Purnomo (STKIP) dan Bpk. Suyono (sekarang menjadi wartawan). PMII waktu itu dilantik oleh pengurus besar dari Jakarta.Perkembangan komisariat belum muncul karena sulitnya mencari anggota PMII. Pondok Gontor juga banyak yang ikut menjadi anggota PMII, namun karena ada perbedaan pendapat dan aturan, perkembangan PMII di gontor mulai hilang dan hingga sekarang tidak ada. Banyak dari anggota PMII yang ada di gontor dikeluarkan oleh pimpinan termasuk juga pengurus pondok gontor sendiri yang aktif di PMII.

Perkembangan PMII termasuk juga masalah ekonomi waktu itu tidak ada masalah, banyak dari anggota PMII yang sudah bekerja termasuk juga di pembatik.Dikarenakan tidak ada masalah tentang ekonomi maka PMII waktu itu sudah bisa mendirikan perpustakaan. Di Ponorogo waktu itu banyak orang kaya, banyak pengusaha, dan sedikit pegawai. Karena pegawai waktu itu gajinya sangat sedikit dan bahkan orang-orang yang ikut pegawai waktu itu di namai orang miskin yang bersepatu.

Hubungan PMII dengan NU sangat inheren, banyak aktifis PMII yang juga aktif di keorganisasian NU. Tahun 68 PMII baru melakukan reformasi dan perubahan pengurus. Periode kedua ini PMII di Ponorogo di ketuai oleh Bpk. Amru Mu’tshim. Perkembangan PMII periode kedua sangat pesat dan bahkan banyak kegiatan yang dapat dilakukan. Kondisi kampus waktu itu sudah mulai berkembang dan mulai banyak mahasiswanya. Selain di topang oleh kalangan pengusaha dan juga anggota pengurus PMII yang sudah bekerja, maka tidak heran kalau perkembangan PMII termasuk kegiatanya yang berkembang pesat. Komisariat-komisariat banyak yang berani muncul pada periode ini, kira-kira tahun 70-an komisariat-komisariat baru muncul. Diantaranya ialah komisariat IAIN, Insuri, dan Unmer. Kurang lebih kepengurusan Bpk. Amru Mu’tashim ini adalah 5 tahun.

p1

PMII Ponorogo Hadang Kedatangan SBY


p1

Video PMII Ponorogo Bentrok dengan Polisi


p1

Citra Diri Ulul Albab PMII

Individu-individu yang membentuk komunitas PMII dipersatukan oleh konstruks ideal seorang manusia. Secara idelogis, PMII merumuskannya sebagai ulul albab-citra diri seorang kader PMII. Ulul albabsecara umum didefinisikan sebagai seseorang yang selalu haus akan ilmu pengetahuan (olah pikir) dan ia pun tak pula mengayun dzikir. Dengan sangat jelas citra ulul albab disarikan dalam motto PMII dzikir, pikir dan amal sholeh. Dalam Al Qur’an secara lengkap kader ulul albab digambarkan sebagai berikut :1. Al-Baqarah (2): 179
“dan dalam hokum qishas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai Ulul Albab, supaya kamu bertaqwa.
2. Al-Baqarah (2): 197
“ dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku wahai Ulul Albab.”
3. Al-Baqarah (2); 296
“Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang mendalam tentang Al-Quran dan Hadits) kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barang siapa dianugerahi al-hikmah itu, maka ia benar-benar dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya Ulul Albab-lah yang dapat mengambil pelajaran.”
4. Ali-Imran  (3):190
dialah yang menurunkan al-kitab kepada kamu. Diantra (isi)nya ada ayat-ayat muhkamah itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat, Adapun orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari Tugas Akhir’wilnya, padahal tidak ada orang yang tahu Tugas Akhir’wilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya mengatakan: “kamu beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semua itu dari sisi Tuhan kami.” Dan kami tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan Ulul Albab.”
5. Ali Imran (3): 190
“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi Ulul Albab.”
6. Al-Maidah (5) 100
“katakanlah : tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka betaqwalah kepada Allah hai Ulul Albab, agar kamu mendapat keuntungan.”
7. Al-ra’d (13): 19
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar-benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah Ulul Albab saja yang dapat mengambil pelajaran.”
8. Ibrahim (14); 52
“(Al-Quran) ini adalah penjelasan sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan denganya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar Ulul Albab mengambil pelajaran.”
9. Shaad (38): 29
“ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran Ulul Albab.”
10. Shaad (38): 29
“ dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rakhmat dari Kami dan pelajaran bagi Ulul Albab.”
11. Al-Zumar (39): 9
“(Apakah kamu hai orang-orang musrik yang lebih beruntung)ataukah orang-orang yang beribadat diwaktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhanya? Katakanlah: “adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sesungguhnya Ulul Albab-lah yang dapat menerima pelajaran.”
12. Al-Zumar: (39): 17-18
“dan orang-orang yang menjauhi taghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira, sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah Ulul Albab.”
13. Al-Zumar (39): 21
“ Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air langit dari bumi, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi Ulul Albab.
14. Al-Mu’min (40): 53-54
“ dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa, dan kami wariskan taurat kepada Bani Israil untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi Bani Ulul Albab.”
15. Al-Talaq (65):10
“ Qallah menyediakan bagi mereka (orang-orang yang mendurhakai perinath Allah dan rasul-Nya) azab yang keras, maka bertaqwalah kepada Allah hai Ulul Albab, yaitu orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu.”
Dari elaborasi teks di atas, komunitas ulul-albab dapat dicirikan sebagai berikut : (secara skematik dapat dirumuskan dalam bagan)
a.    Berkesadaran histories-primordial atas relasi Tuhan-manusia-alam.
b.    Berjiwa optimis-transedental atas kemampuan mengatasi masalah kehidupan.
c.     Berpikir secara dialektis.
d.    Bersikap kritis.
e.    Bertindak Transformatif
Sikap atau gerakan seperti ini bisa berinspirasi pada suatu pandangan keagamaan yang transformatif. Nah, Ulul Albab adalah orang yang mampu mentransformasikan keyakinan keagamaan atau ketaqwaan dalam pikiran dan tindakan yang membebaskan: , melawan thaghut.
sumber: Buku Sentrum Kader PMII

p1

Sejarah Singkat Berdirinya PMII Budi Utomo




PMII Budi Utomo didirikan pada tanggal 29 april 2001. PMII Budi Utomo merupakan organisasi exstra kampus yang berada di Universitas Muhamadiyah Ponorogo, yang bertempat di jalan jagadan no 34b Ronowijayan Ponorogo.Organisasi ini didirikan mencerdaskan kehidupan kader dengan aktivitas mengkaji keilmuan baik keilmuan yang sifatnya fakultatif maupun keiLmuan secara umum yang tujuanya anggota cerdas serta tangkas dalam wawasan ilmu itu sendiri.

Dengan melakukan kaderisasi secara aktif dan melakukan kajian yang berkala diharapkan organisasi ini mampu memenuhi kebutuhan kader-kadernya untuk menyelami ranah keilmuan sedalam-dalamnya.
Selain itu pelatihan-pelatihan yangdilakukan untuk menyiapkan  yang siap pakai di masyarakat.baik itu pelatihan basis kePMIIan maupun pelatihan yang bertujuan untuk kesiapan kader untuk mersiapan mereka pasca di organisasi dan benar-benar siap terjun dimayarakat. Dengan keteguhan tekad serta perjungan yang istiqhomah semoga PMII semakin jaya dan berguna bagi agama bangsa dan negara...selalu berfikir progresif menuju tatanan yang masif
Tangan terkepal dan maju ke muka..!!!!


Awal berdiri PMII Budi Utomo

Harlah PMII Budi Utomo XI 2012

p1

Sejarah PMII Dalam Dunia Kepemudaan dan Penyelamatan HMI



PMII Sebagai organisasi mahasiswa yang juga berdimensi kepemudaan, maka aktivitas-aktivitas yang dilakukan disamping di dunia kemahasiswaan juga dunia kepemudaan. Aktivitas PMII yang patut dicatat disini antara kurun waktu 1965 – 1968, hal ini penting karena berkaitan dengan lahirnya angkatan baru dalam dunia kepemudaan di Indonesia, yang akhirnya angkatan ini dikenal dengan istilah “ANGKATAN 66”.Kelahiran angkatan 66 ini merupakan reaksi terhadap kebijaksanaan Presiden Soekarnoe yang membiarkan PKI dan antek-anteknya tetap hidup di Bumi Pertiwi ini, kendatipun PKI melakukan makar dengan melakukan gerakan 30 September. Ketidakmampuan pemerintah Orde Lama untuk mengambil tindakan tegas terhadap PKI ini, mungkin dikarenakan kekhawatiran rezim Soekarnoe akan reaksi pemeritah Komunis Cina yang merupakan pendukung utama dalam menghadapi politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara barat lainnya. Tetapi tindakan rezim Orde Lama yang seperti ini berakibat fatal, dengan semakin banyaknya rakyat yang tidak puas terhadap rezim Soekarnoe, terutama mereka yang dulu sering difitnah oleh PKI serta antek-anteknya. Keadaan yang demikian itu semakin diperburuk oleh ketidak mampuan rezim Orde Lama dalam menangani persoalan ekonomi, disamping ketidakmampuan lembaga Legeslatif menjalankan fungsi kontrolnya terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan pemerintah Orde Lama.
PMII sebagai bagian dari mahasiswa dan generasi muda bangsa merasa terpanggil untuk membela kepentingan rakyat. Karena melihat lembaga Legeslatif tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya serta tersumbatnya saluran dialog dengan pemerintah, maka mahasiswa mengambil alih peran legeslatif dan gerakan protes di jalan-jalan raya. Mereka meneriakkan aspirasi rakyat yang tertindas yang dikenal dengan TRI-TURA (tiga tuntutan hati nurani Rakyat). Sejak saat itulah gerakan mahasiswa, pemuda dan pelajar dikenal dengan istilah baru “GERAKAN PARLEMEN JALANAN”. Gerakan parlemen jalanan ini sangat mungkin terjadi, karena suasana politik saat itu memungkinkan mahasiswa, pemuda dan pelajar matang secara politik. Hal ini akibat sistem politik yang dikembangkan pemerintah Orde Lama waktu itu.
Sebelum lebih jauh membicarakan angkatan 66 ada baiknya kita melihat peran generasi muda khususnya generasi muda Islam dalam sejarah kepemudaan di Indonesia, dari sini kita bisa melihat sejauh mana peran PMII dalam sejarah kepemudaan di Indonesia.

Sewaktu organisasi mahasiswa, pelajar dan pemuda yang dulunya mempunyai hubungan baik dengan eks partai Masyumi, seperti GPII (Gerakan pemuda Islam Indonesia), PII (Pelajar Islam Indonesia), dan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) sedang mengalami cobaan berat, terutama cobaan yang berasal dari fitnahan PKI dan organ-organ sayapnya, bahkan akhirnya GPII dibubarkan. Atas inisiatif GP. Ansor dan PMII menghimpun organisasi pemuda pelajar dan mahasiswa Islam, yang diharapkan mampu menumbuhkan rasa solidaritas dikalangan pemuda Islam, maka pada tanggal 19- 26 Desember 1964 bertempat di Jakarta diselenggarakan musyawarah generasi muda Islam (GEMUIS) [1]).Musyawarah ini akhirnya memutuskan dibentuknya organisasi federasi pemuda, pelajar dan mahasiswa Islam yang kemudian dikenal dengan nama GEMUIS (generasi muda Islam). Salah satu hasil dari musyawarah itu adalah pernyataan yang berkenaan dengan usaha penyelamatan terhadap Nasib HMI yang sedang mengalami cobaan berat dari rongrongan dan fitnahan CGMI dan pemerintahan Orde Lama.
Pernyataan yang dikeluarkan sebagai hasil musyawarah Gemuis yang berkenaan dengan pembelaan terhadap HMI adalah :
  1. HMI bukan onderbow dan tidak pernah mempunyai hubungan organisatoris dengan partai/organisasi manapun. 
  2. Masalah yang dihadapi HMI tidak dapat dipisahkan dari masalah keseluruhan Ummat Islam [2])Peranan PMII dalam Gemuis cukup besar, ketika musyawarah pertama kali diadakan, Ketua I PP PMII sahabat Chalid Mawardi bertindak sebagai sekjen panitia Munas tersebut, bahkan dalam struktur kepengurusan Gemuis, PMII dipercaya menjadi sekjen persedium pusat.
3. Organisasi mahasiswa ekstra Universitas di Indonesia juga berhimpun dalam wadah yang dikenal dengan nama PPMI (Perhimpunan Pergerakan Mahasiswa Indonesia).
PMII dengan surat permohonan tanggal 14 Desember 1960 masuk menjadi anggota PPMI, yang secara aklamasi diterima oleh persedium pusat PPMI. Namun pada tahun 1965 ketika PMII ditawari jabatan Sekjen persedium pusat PPMI, PMII menolak tawaran itu, sebelum organisasi itu mengadakan kongres terlebih dahulu. PMII menuntut adanya perubahan struktural dalam organisasi tersebut. Karena PMII beranggapan PPMI terlalu didominir oleh organisasi-organisasi mahasiswa yang sebenarnya tidak mempunyai basis kekuatan massa dibawah, disamping PMII sangat menyesalkan sikap persedium pusat PPMI yang bertindak mengeluarkan HMI dari organisasi tersebut, tindakan berakibat fatal dikarenakan HMI mempunyai kekuatan massa yang besar yang didukung oleh organisasi mahasiswa Islam yang lain seperti PMII, SEMI (serikat mahasiswa Muslimin Indonesia) dan HIMMAH (himpunan mahasiswa al-wasliyah), akhirnya ketika terjadi pemberontakan PKI nasib PPMI ditinggalkan oleh anggota-anggotanya, hal ini dikarenakan sebagian besar pengurus PPMI terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam peristiwa pemberontakan tersebut.
4. Sebagai organisasi mahasiswa dan pemuda, PMII aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan dan kepemudaan baik ditingkat Nasional maupun ditingkat Internasional :
Pada tanggal 30 Maret sampai 6 April 1965, sahabat Chotibul Umam, atas nama utusan PMII,  sahabat Mahbub Junaidi (ketua Umum PP PMII) atas nama PWI (persatuan Wartwan Indonesia) sahabat Chabibullah Asyhari atas nama Persatuan Wartawan Asia Afrika, hadir dalam seminar Internasional masalah Palestina yang dilaksanakan di Caero Mesir. Seminar ini diprakarsai oleh Organisasi mahasiswa Palestina yaitu General of Palestine Student (GUPS) [3])
5. Sebagai tindak lanjut dari konprensi Islam Asia-Afrika yang diselenggarakan pada tanggal 6 – 12 Maret 1965 di Kota Bandung Jawa Barat, dibentuklah suatu wadah yang menghimpun ummat Islam se Asia-Afrika dengan nama OIAA (organisasi Islam Asia-Afrika). Badan dunia ini diketuai oleh KH. Ahmad Syaichu. Dalam struktur OIAA ini ada departemen yang mengurus bidang kemahasiswaan yaitu “Biro mahasiswa OIAA” . Dalam Biro ini PMII diwakili oleh sahabat Abdurrahman Saleh dan sahabat Siddiq Muhtadi, masing-masing sebagai ketua dan sekretaris [4]).
6. Dalam organisasi ekstra universitas sedunia WAY (word asembly of youth) PMII diwakili oleh sahabat Muslim Hasbullah, yang kemudian diganti oleh sahabat Umar Basalim. Kegiatan yang diikuti oleh PMII dalam Forum WAY tersebut adalah :
  • Leadership Training di India yang di ikuti oleh  sahabat Umar Basalim
  • Seminar pemuda dan Family planning di Jakarta, di ikuti oleh sahabat Fahmi Ja’far dan sahabat Wahab Jailani (Ketua Koorcab PMII Jawa Tengah)
  • Leadership Training di Pasar minggu Jakarta, yang di ikuti Oleh sahabat Joko Purwono (ketua LPKP PP PMII)
  • Seminar Family Trainning di Amsterdam yang di ikuti oleh sahabat Zaini Abd, Syukur. Dll [5])
 7.  Untuk mengatasi kekosongan yang diakibatkan oleh tidak aktifnya GEMUIS, serta organisasi-organisasi pemuda Islam lainnya yang tidak pernah berumur panjang, dikarenakan egoisme masing-masing organisasi mahasiswa Islam sendiri, maka PMII mesponsori berdirinya “Persatuan Mahasiswa dan Pelajar Indonesia” (PMPI).  Organisasi ini dibentuk dengan tujuan antara lain : sebagai wadah penyalur aspirasi dari gabungan potensi pemuda pelajar dan mahasiswa Islam dengan menitikberatkan pada bidang agama dan solidaritas ummat Islam. Beberapa kegiatan yang pernah dilakukan antara lain:
  • Mengkoordinasi usaha-usaha yang merupakan tindak lanjut dari konfrensi ummat Islam Asia-Afrika.
  • Bantuan terhadap pengungsi Palestina baik moral maupun material
  • Demonstrasi terhadap kedatangan Kaisar Haile Selasie, Kepala negara Ethopia, yang saat itu sangat kejam dan menindas ummat Islam.
  • Dan usaha-usaha membendung gerakan “Kristenisasi” terutama di daerah pedalaman luar jawa dan penggarapan bekas anggota PKI.
Dalam PMPI ini PMII diwakili oleh sahabat Abduh Paddare yang sekaligus menjabat sebagai ketua persedium pusat organisasi tersebut [6]).
8. Salah satu organisasi kemahasiswaan yang bergerak dibidang kesehatan adalah “Word University Service” (WUS) dalam organisasi ini PMII diwakili oleh sahabat Fahmi Ja’far [7]).
9. Dalam rangka memupuk ukhuwah Islamiyah terutama dikalangan generasi muda Islam, maka pada tanggal 14 Januari 1968, generasi muda islam mengeluarkan surat pernyataan yang ditanda tangani  oleh :
  • Siddiq Muhtadi                   = PP PMII
  • Drs. Yunus Rahman          = DPP SEMI
  • Iskandar Sarumala            = PB KMI
  • Mar’I Muhammad              = PB HMI
  • Muhammad Jasman          = DPP IMM
  • Muchtar HN                          = PP HIMMAH
10. Dengan keluarnya SUPERSEMAR maka sebagian dari tuntutan KAMI terkabulkan, kini KAMI kembali seperti keadaan semula yakni mengkonsolidasi organisasi-organisasi ekstra dan intra universitas, namun nampaknya rasa persatuan dan kesatuan dalam tubuh KAMI semakin rapuh, hal ini diakibatkan beberapa hal :
  • Sebagaian besar aktivis KAMI sudah selesai masa studinya sehingga mereka tidak lagi bisa aktif lagi memimpin organisasi mahasiswa, sedang penggantinyatidak saling mengenal satu sama lain.
  • KAMI sebagai geraka aksi tidak mampu menyuguhkan suatu progam yang berkesinambungan.
  • Secara obyektif generasi muda mengalami kelelahan fisik dan mental dalam tahun-tahun 1965 – 1967 sering turun jalan berdemonstrasi. [8])
Usaha-usaha untuk mempertahankan KAMI ini terus diupayakan, bahkan PMII sebagai organisasi yang dipercaya memimpin KAMI (sebagai ketua persedium KAMI pusat) tetap berusaha mempertahankannya, dengan pemikiran bahwa:
  • Pada dasarnya KAMI harus tetap dipertahankan eksistensinya
  • KAMI harus mampu mendorong terbentuknya organisasi nasional mahasiswa  Indonesia yang multifungsi, yaitu :
 a)   Pengembangan kreasi dibidang pengamalan ilmu dan sistem group-group voluntir akan bisa lahir dari aktivitas yang demikian itu.
 b) Sebagai moral fors yang faham akan ilmu politik dan tahu politik praktis. Dengan dinamika yang dimiliki diharapkan mampu menemukan strategi dan tujuan perjuangan nasional, militansi yang dimilikinyadiharapkan mampu mendobrak kebatilan dalam segala bentuknya.
c)  Pengembangan upaya-upaya keamanan di berbagai bidang, baik fisik maupun spiritual, terutama terhadap ancaman kembalinya PKI dan Orde Lama[9]).
Dalam usaha mempertahankan KAMI ini pernah diadakan Rapat Kerja KAMI pusat yang berlangsung pada tanggal 2 – 6 Juni 1967 di Ciawi Bogor, tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan, bahkan SOMA (serikat organisasi mahasiswa lokal) Gabungan mahasiswa kedaerahan dan PMKRI serta dewan mahasiswa ITB menyatakan keluar dari KAMI. Usaha mempertahankan KAMI menemukan jalan buntu. Akhirnya berlanjut pada usaha pemerintah untuk menghimpun wadah generasi muda yang kelak kemudian hari dikenal dengan nama KNPI (komite nasional pemuda Indonesia).

[1]   Harian Suara Islam, Jakarta, tanggal 22 September 1965, – Drs. Agus Salim Sitompul,  Sejarah Perjuangan HMI, PT Bina Ilmu, Surabaya 1976, Halaman 61
[2]   Drs. Chotibul Umam,  Sewindu PMII,  PC PMII Ciputat, Tahun 1967, Halaman 4
[3]   Ibid,  Halaman 5
[4]  Laporan Pertanggung jawaban PP PMII pada kongres IV PMII di Makasar tanggal 25 – 30 April 1970, Halaman 15
[5]  Ibid, Halaman 15
[6]  Prisma No. 12 Desember 1970, Dialog Gerakan Orang Muda: Gelombang yang tak kunjung mencapai Patai, Halaman 25 – 47
[7]  Ibid, Halaman 16
[8]  Ibid, Halaman 49
[9]  Surat edaran PP PMII No. 497/PP-IV/V/69, Jakarta, tertanggal 31 Mei 1969, Hal : Kongres Nasional Mahasiswa Indonesia

p1

Behind The Scene Upaya Berdirinya PMII



Usaha untuk mendirikan suatu wadah yang khusus menghimpun mahasiswa nahdliyin sebenarnya sudah lama ada, hal ini dapat dilihat dengan adanya kegiatan sekelompok mahasiswa NU yang di Jakarta. selain itu juga muncul komunitas-komunitas NU yang bertempat di berbagai daerah. seperti di Surakarta, Bandung dan beberapa daerah lainnya.Patut dicatat disini:
  1. Pertama: Misalnya berdirinya  IMANU (ikatan mahasiswa NU)Pada bulan Desember 1955 di Jakarta. Namun kehadirannya belum bisa diterima oleh banyak pihak, terutama oleh kalangan sespuh NU sendiri. Sebab disamping kelahiran IPNU itu sendiri masih baru (didirikan pada tanggal 24 Februari 1954) yang notabene mayoritas pengurusnya mahasiswa, sehingga dikhawatirkan justru akan melumpuhkan IPNU.
  2. Kedua: Sekelompok mahasiswa nahdliyin yang berdomisili di Kota Surakarta Jawa Tengah yang diprakarsai oleh H. Mustahal Ahmad, juga sempat mendirikan suatu organisasi yang diberi nama “Keluarga Mahasiswa NU” (KMNU) Surakarta, juga pada tahun 1955. Bahkan KMNU ini merupakan organisasi mahasiswa yang NU yang mampu bertahan sampai lahirnya PMII pada tahun 1960 [1]).
  3. Ketiga:  Di Bandung  ada  usaha  serupa  dengan nama  PMNU
                 (Persatuan Mahasiswa NU) dan masih banyak lagi di kota-kota lain dimana ada perguruan tinggi yangmempunyai gejala yang sama, tetapi ternyata pimpinan IPNU tetap membendung usaha-usaha tersebut dengan suatu pemikiran bahwa pimpinan pusat IPNU akan lebih mengintensifkan pada usaha-usaha mengadakan penelitian pada dua permasalahan pokok :
  1. Seberapa besar potensi mahasiswa NU
  2. Sampai seberapa jauh kemampuan untuk berdiri sebagai organisasi mahasiswa).
        Upaya yang dilakukan oleh IPNU dengan membentuk departemen perguruan tinggi untuk menampung aspirasi mahasiswa nahdliyin, tidak banyak berarti bagi kemajuan dan perkembangan mahasiswa nahdliyin, hal tersebut disebabkan beberapa hal :
  1. Kondisi obyektif menunjukkan bahwa keinginan para pelajar sangat berbeda denga keinginan, dinamika dan perilaku mahasiawa.
  2. Kenyataan gerak dari departemen perguruan tinggi IPNU itu sangat terbatas sekali. Terbukti untuk duduk sebagai anggota PPMI persatuan perhimpunan mahasiswa indonesia), suatu konfederasi organisasi mahasiswa ekstra universitas tidak mungkin bisa, sebab PPMI merupakan organisasi yang hanya menampung ormas-ormas mahasiswa. Apalagi dalam MMI (majlis mahasiswa indonesia), suatu federasi dari dewan/senat mahasiswa, juga tak mungkin dilakukan)
         Kesimpulan dari perdebatan mengenai hasil pengamatan ketua IPNU waktu itu ternyata tidak berbeda jauh. Para anggota pimpinan pusat IPNU lebih condong untuk merintis pembentukan wadah khusus bagi mahasiswa nahdliyin. Pertimbangan yang menyertai kwsimpulan ini juga lebih kompleks. Sebab di penghujung dasa warsa 1950 itu situasi politik dan keamanan di tanah sir kita sedang bergolak.
          Dengan demikian, pertimbangan-pertimbangan yang diperdebatkan dalam rapat piminan pusat IPNU itu :
  1.  Pertama: Wadah departemen perguruan tinggi IPNU dianggap tidak lagi memadai, tidak cukup kuat untuk mewadahi gerakan kemahasiswaan.
  2. Kedua   : Perkembangan poltik dan keamanan di dalam negeri menuntut pengamatan yang ekstra hati-hati, khususnya bagi para mahasiswa Islam.
  3. Ketiga  : Satu-satunya wadah kemahasiswaan Islam yang ada pada waktu itu ialah HMI (himpunan mahasiswa Islam), yang tokoh-tokohnya dinilai terlalu dekat dengan partai Masyumi, sedangkan tokoh masyumi telah melibatkan diri dalam pemberontakan PRRI.
          Sementara itu, dikalangan intern NU sendiri, waktu itu masih belum terungkap suatu rasa percaya diri. Maksudnya para tokoh pimpinan NU masih seolah-olah dalam lingkungan jam’iyah nahdliyin tidak ada anggota yang berkualitas  intelektual. Sehingga untuk mengisi jabatan menteri dan anggota DPR saja, pimpinan NU terpaksa meng-NU-kan sarjana-sarjana dari luar lingkungan nahdliyin. Padahal NU waktu itu adalah sebuah partai besar, pemenang nomor tiga dalam pemili 1955. Kewibawaan partai NU tidak selayaknya dihambur-hamburkan untuk memberi hadiah jabatan dan kedudukan kepada orang diluar jema’ah.
            Inilah cry yang selalu diteriakkan para mahasiswa nahdliyin pada waktu itu. Dan merekapun merasa perlu segera melakukan langkah-langkah tertentu untuk meyakinkan semua pihak yang berkepentingan, bahwa dalam lingkungan nahdliyin sudah muncul banyak generasi muda yang berpendidikan perguruan tinggi. [2])
            Menyadari keterbatasan dan berkat dorongan-dorongan berbagai kenyataan obyektif serta adanya usaha mengambil langkah-langkah pertimbangan, antara lain :
  1. Didirikannya perguruan tinggi NU di berbagai tempat, misalnya PTINU di Surakarta (sekarang Universitas NU), Fakultas Ekonomi dan Tata Niaga serta fakultas Hukum dan Tata Praja di Bandung (sekarang Universitas Islam Nusantara – Uninus) dan Akademi ilmu pendidikan dan Agama Islam di Malang (sekarang Universitas Islam Malang – Unisma).
  2. Adanya keinginan dari individu-individu mahasiswa  nahdliyin yang menuntut ilmu di perguruan tinggi NU maupun pergutuan tingg negeri dan lainnya untuk segera mengkonkritkan suatu wadah khusus bagi mahasiswa nahdliyin.
  3. Adanya signal dari pucuk pimpinan LP. Ma’arif NU sendiri untuk lebih mengkonkritkan bentuk organisasi mahasiswa nahdliyin.
  4. Adanya kenyataan praktis maupun psikologis yang sangat bertolak belakang diantara pelajar dan mahasiswa khususnya yang tergabung dalam IPNU, baik dari segi belajar, dinamika maupun strategi perjuangannya, semakin mendorong terbentunya suatu wadah tersendiri. )
          Semangat untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang khusus dilingkungan mahasiswa nahdliyin nampak semakin menguat. Puncaknya ketika IPNU mengadakan konprensi besar pada tanggal 14 – 17 Maret 1960, setelah sahabat Isma’il Makky (selaku ketua departemen perguruan tinggi IPNU) dan sahabat Moh. Hartono BA (mantan wakil pimpinan Usaha Harian Pelita Jakarta) berbicara di depan peserta komprensi besar IPNU tersebut di Kaliurang Yogjakarta. Dari sinilah akhirnya lahir suatu keputusan “perlunya didirikan suatu organisasi mahasiswa secara khusus bagi mahasiswa nahdliyin ) yang lepas baik secara struktural organisatoris maupun adminstratif.
          Untuk mempersiapkan musyawarah pembentukan suatu wadah/organisasi mahasiswa tersebut dibentuklah 13 orang panitia sebagai sponsor pendiri organisasi mahasiswa nahdliyin dengan limit waktu kerja satu bulan, yang diirencanakan dilaksanaka di Surabaya .


[1] Wawancara dengan sahabat Drs. H. Mustahal Ahmad pada tanggal 25 Agustus   1984 di rumah beliu Jl. Imam Bonjol 53 Surakarta Jawa Tengah.
[2]  HA. Cholid Mawardi, PMII dan Cita-cita NU, Dalam Pemikiran PMII, Dalam berbagai visi dan Persepsi, Oleh A. Effendy Choirie dan Choirul Anam, Aula, Surabaya 1991, Halamanan 72-74.

Sumber:  Fauzan Alfas

p1